Senin, 13 Desember 2010

Dan aku menjadi debu

Menjadi cakrawala adalah fana dalam gerakku
membuat frustasi dan kehilangan semangat
panca indera terpaku
pada keluasannya
dan aku terpuruk tak berdaya

Maka setelah berkelana hatiku
mencari ruang-ruang dalam semesta
untuk tempatku menetap dan tinggal
kuputuskan menjadikan diriku debu
tak terlihat walau sesungguhnya kasat mata

Aku melekat ditempat yang kuingin
menyerap semua syafaat
aku menyerbu ruang-ruangmu
berbagi dengan udara yang kau hirup
pada waktu yang bahkan kau pun tak tahu

Dan aku menjadi debu
agar ku bisa redakan dahaga
mencecap semua maknaMu...

lunch time
but no lunch box at all
Jakarta, Dec 14th


Kamis, 09 Desember 2010

Saat Sendiri

....
saat mengurai semua yang telah kubuat masai
saat menghapus jejak
hingga tak tercium aroma
saat kehilangan waktu
kehilangan suara

saat sendiri
saat berbisik pada nurani
saat bersiap kala sang empunya waktu
meminta kembali nafasku...

Jakarta, 15 Maret 2010
saat sendiri

How fast can you go?

Jakarta, jam 7 pagi..
Apalagi kalo bukan macet?...*&^%CFGT#$..hehe. disemua jalur baik dalam jalan tol maupun jalan arteri..semua...semua..
Iseng, tengok kiri dan kanan, mencari-cari wajah-wajah sesama pengemudi atau penumpang, hmmmm..si bapak dalam city car tepat di sebelah kanan saya mencubit-cubit bibirnya, sementara di sebelahnya si Ibu  tertidur pulas, agak di depan dua jalur di sebelah kanan saya empat orang berdesakan di bangku belakang sebuah SUV saling bercakap dan tertawa , membunuh waktu di tengah kemacetan. Di sebelah kiri saya pemuda gempal berkacamata menghisap rokoknya kuat-kuat dan mengepulkan asapnya ke udara lewat kaca mobilnya yang separuh terbuka, sementara dari kaca tengah saya melihat ke penumpang dalam mobil dibelakang saya sibuk menghabiskan sarapannya..

Jakarta di jam 7 lewat 15 menit..
Mobil saya belum bergerak, sementara suara penyiar di saluran radio favorit saya sibuk mengoceh tentang banyak hal lucu, sejenak saya tertawa-tawa..sendirian...lalu sebuah lagu dari era 90's di putar..dejavu buat saya berasa abege tiba-tiba..haha...
Mobil bergerak lambat-lambat, waktu di Jakarta berputar begitu cepat, tapi buat saya terasa sebaliknya..yang ada dipikiran sekarang cuma bagaimana setelah mencapai pintu keluar tol, melancarkan jurus menghilang di tengah keramaian, menghindari kontak mata dengan pak Pulisi di perempatan..

Kemacetan bagi saya jadi penuh seni, kenikmatan menjadi observer dalam ruang pribadi saya, mereka-reka apa yang ada dipikiran orang lain, sementara di waktu yang sama saya mungkin juga menjadi objek penderita buat mereka..

Sepertinya, setiap kali kita ini mesti berdamai dengan segala sesuatu. Jikalau kita tak sanggup berlari, maka kita berjalan,..jika tak bisa berjalan, marilah kita merangkak, jika tak mungkin merangkak, relakan buat merayap, jika tidak juga mungkin merayap, sudahlah, biar pikiran kita saja yang mengembara..

Jakarta, Jam 7.24...
Maafkan saya pak Pulisi yang terhormat, saya melanggar lampu merah..:D...absensi saya di tutup jam 7.30 pagi..see u at the same time tomorrow..let's see how fast u can catch me...;P



*Jakarta, Pukul 7.29..
wiiihhh kringetan..

Minggu, 05 Desember 2010

Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu

Filosofi kepompong yang berwujud aneh dan nggak estetis sebelum ber metamorfosis menjadi sebentuk makhluk mempesona sudah lama menjadi inspirasi bagi sekian banyak orang yang saya temui. Nggak cuma yang berkiprah di bidang seni (teringat  lagu dengan lirik tentang ini), tapi juga teman dari berbagai profesi lainnya.

Pak Ale' , pengayuh becak di kompleks perumahan saya, yang juga teman setia saya ketika absen bersepeda ke stasiun seringkali berujar, bahwa mengayuh becak adalah bagian dari kerja kerasnya dalam fase kepompong sebelum seperti yang selalu dicita-citakannya menjelma jadi seekor kupu rama-rama yang elegan di desanya, dengan memiliki lahan sendiri untuk dikelola,..lahan idaman, rumah idaman dan bekal hari tuanya nanti.Menjadi kepompong buatnya adalah keajaiban, berkah yang patut disyukuri, karena tak semua orang, menurut Pak Ale memiliki kesempatan seperti dia, banyak yang terlahir sebagai ulat sesaat kemudian mati tanpa pernah menjalani hidup bahkan sebagai kepompong.

Seorang teman dekat yang baru saja kehilangan pekerjaan tetapnya akibat rasionalisasi perusahaan yang menjadi sandaran hidupnya bertahun-tahun belakangan, terpaksa kembali menjalani masa-masa berat seperti ketika di awal merintis karier dahulu. Baginya, mengulang fase 'kepompong' untuk yang kedua kalinya ini lebih berat, karena sekian lama sudah terbiasa menjadi 'kupu-kupu'. Memang menjadi kupu-kupu yang indah terasa menyenangkan. Dimana-mana menjadi pusat perhatian, beroleh banyak kemudahan, menuai pujian dan menjadi panutan. Manakala, hak menjadi kupu berakhir, berakhir pula semua kesenangan yang melekat padanya.

Saya melihat, saya mendengar, dan saya belajar. Seperti yang sering di ucapkan oleh orang-orang bijak, bahwa kita harusnya mampu belajar dari pengalaman banyak orang, bahkan sebelum kita mengalami sendiri pengalaman itu. Setiap kali mendengar Pak Ale' bercerita tentang usaha kerasnya di kota ini, saya belajar bagaimana memupuk dan menjaga semangat hidup, juga sikapnya yang pantang menyerah demi mewujudkan cita-citanya. Setiap kali saya bertemu teman dekat saya tersayang, saya akan berusaha menjadi teman yang baik mendengarkan keluh kesahnya, tapi juga tak henti membesarkan hatinya, seraya berharap, bahwa jikalau suatu ketika, Dia memberi kesempatan belajar menjadi kepompong lagi, saya akan lebih siap menanggalkan sayap kupu-kupu saya sekarang dan tetap bersabar menanti saatnya menjelma menjadi kupu kembali. 

Teman, sepertinya bisa jadi setiap dari kita memaknai kisah pertautan fase kepompong - kupu dengan cara yang berbeda, tapi bagi saya, setidaknya tanda-tanda kebesaranNya itu merupakan pengingat agar kita senantiasa mawas diri dan tak henti belajar dari setiap kejadian dalam hidup.   Tak perlu ikut terjerumus dalam lubang kalau akhirnya hanya akan tetap menjadi keledai, kan?

Nikmati perjalanan hidup kita, semoga Dia senantiasa memudahkan setiap langkah..
:)


*jakarta, Dec 6th, lunch time..  

Minggu, 31 Oktober 2010

Ah,..

Percuma menangisi pergimu kutau, tapi air mata  cuma menuruti hati
Saat tersaruk langkah mencari jejakmu
Makin buram
Makin tak menentu
Sesaat lagi jiwaku membeku, kau pasti tak mau tau
Tak lagi ada dendam, cuma nelangsa
Saat terbata kusampaikan pada angin
Kata-kata yang tak sempat kau dengar dari mulutku
Makin senyap
Makin menyepi…
My cubic, Aug 25th,2010
External : The Script : If You See Kay…