Minggu, 05 Desember 2010

Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu

Filosofi kepompong yang berwujud aneh dan nggak estetis sebelum ber metamorfosis menjadi sebentuk makhluk mempesona sudah lama menjadi inspirasi bagi sekian banyak orang yang saya temui. Nggak cuma yang berkiprah di bidang seni (teringat  lagu dengan lirik tentang ini), tapi juga teman dari berbagai profesi lainnya.

Pak Ale' , pengayuh becak di kompleks perumahan saya, yang juga teman setia saya ketika absen bersepeda ke stasiun seringkali berujar, bahwa mengayuh becak adalah bagian dari kerja kerasnya dalam fase kepompong sebelum seperti yang selalu dicita-citakannya menjelma jadi seekor kupu rama-rama yang elegan di desanya, dengan memiliki lahan sendiri untuk dikelola,..lahan idaman, rumah idaman dan bekal hari tuanya nanti.Menjadi kepompong buatnya adalah keajaiban, berkah yang patut disyukuri, karena tak semua orang, menurut Pak Ale memiliki kesempatan seperti dia, banyak yang terlahir sebagai ulat sesaat kemudian mati tanpa pernah menjalani hidup bahkan sebagai kepompong.

Seorang teman dekat yang baru saja kehilangan pekerjaan tetapnya akibat rasionalisasi perusahaan yang menjadi sandaran hidupnya bertahun-tahun belakangan, terpaksa kembali menjalani masa-masa berat seperti ketika di awal merintis karier dahulu. Baginya, mengulang fase 'kepompong' untuk yang kedua kalinya ini lebih berat, karena sekian lama sudah terbiasa menjadi 'kupu-kupu'. Memang menjadi kupu-kupu yang indah terasa menyenangkan. Dimana-mana menjadi pusat perhatian, beroleh banyak kemudahan, menuai pujian dan menjadi panutan. Manakala, hak menjadi kupu berakhir, berakhir pula semua kesenangan yang melekat padanya.

Saya melihat, saya mendengar, dan saya belajar. Seperti yang sering di ucapkan oleh orang-orang bijak, bahwa kita harusnya mampu belajar dari pengalaman banyak orang, bahkan sebelum kita mengalami sendiri pengalaman itu. Setiap kali mendengar Pak Ale' bercerita tentang usaha kerasnya di kota ini, saya belajar bagaimana memupuk dan menjaga semangat hidup, juga sikapnya yang pantang menyerah demi mewujudkan cita-citanya. Setiap kali saya bertemu teman dekat saya tersayang, saya akan berusaha menjadi teman yang baik mendengarkan keluh kesahnya, tapi juga tak henti membesarkan hatinya, seraya berharap, bahwa jikalau suatu ketika, Dia memberi kesempatan belajar menjadi kepompong lagi, saya akan lebih siap menanggalkan sayap kupu-kupu saya sekarang dan tetap bersabar menanti saatnya menjelma menjadi kupu kembali. 

Teman, sepertinya bisa jadi setiap dari kita memaknai kisah pertautan fase kepompong - kupu dengan cara yang berbeda, tapi bagi saya, setidaknya tanda-tanda kebesaranNya itu merupakan pengingat agar kita senantiasa mawas diri dan tak henti belajar dari setiap kejadian dalam hidup.   Tak perlu ikut terjerumus dalam lubang kalau akhirnya hanya akan tetap menjadi keledai, kan?

Nikmati perjalanan hidup kita, semoga Dia senantiasa memudahkan setiap langkah..
:)


*jakarta, Dec 6th, lunch time..  

4 komentar:

  1. Assalammualaikum

    hai kupu kupu....wah, jadi inget klo banyak tulisan mangkrak dan tempat narsis buatku terbengkalai...

    sukses buat soft openingnya, keep share inspiring moment n stories...you are the beautiful butterfly ones (aku jugak!)

    salam \m/
    rurouni
    artinya = pengembara >> kamusku dewe, maksa dot kom) ha ha ha
    lagi nyoba disini neh..nyemplung yak
    http://fotokita.net/esaifoto/view.php?story=20101203075715_9993244#fkphotos/20101203075715_6582666_n.jpg

    BalasHapus
  2. ehehe..thanx for the comment..let's share what you have too..:)insya Alloh ta' mampir nang kios mu de'

    BalasHapus