Rabu, 01 Juni 2011

KANGEN INDONESIA : Ada bau Jakarta di mana-mana..:)

Angin dingin di pagi, 23 Mei 2011, kali pertama menginjakkan kaki di bandara internasional Adelaide, South Australia..baru pukul 6.15 waktu setempat yang berarti berjarak 2 jam 35 menit dari waktu lokal di Jakarta, kota yang baru saya tinggalkan tepat 8,5 jam sebelumnya. Sepagi ini, matahari belum tampak, suhu mencapai 14 derajat celcius, belum-belum saya sudah kangen Jakarta, dan paginya yang hangat, semestinya saya sudah berpacu di jalanan menembus keramaian demi menghindari kemacetan yang sebentar lagi mengular.

Pengemudi taxi yang saya tumpangi menuju rumah baru saya adalah penduduk lokal yang ramah, setelah berbasa basi tentang cuaca yang menurutnya akan semakin dingin beberapa hari kedepan, dia mulai bertanya tentang asal usul saya, "where are you from?".." oh, Indonesia".."Indonesia ha?..It's Bali..i love Bali, that sunny and warm  island , me and my wife really love to live in Bali" sahutnya bersemangat..ah, cerah dan hangat, saya tersenyum sendiri membayangkan pagi merambati kota-kota di Indonesia.

Sambil terus bercakap, saya perhatikan mister pengemudi taxi konstan menelusuri jalanan Adelaide yang masih melompong di setengah tujuh pagi dengan kecepatan maksimum 60 km/jam..walahhhh..terbayang jalan tol dalam kota , cawang-semanggi yang pasti sedang di jadikan lahan kebut2an sepagi ini..yang kalau saya mengemudi dengan kecepatan seperti mister satu ini pasti sudah panen suara klakson atau lampu dim dari pengemudi lain..:D, sementara di luar tol, nggak ada yang sanggup memacu mobil bahkan sampai kecepatan 60km/jam..gigi satu..gigi dua..begitu terus sampai pagi merambah siang..ah, bau hiruk pikuk Jakarta tercium sampai di sini..

Membelok di perempatan terakhir, memasuki jalan menuju apartemen saya, beberapa bangunan bertingkat tiga berwarna seragam berkumpul di satu lahan, salah satu unitnya akan menjadi rumah saya sementara ini, mengikuti kemana cinta bermukim..Menghirup lagi udara pagi yang baru saya kenal, bersih dan segar, tapi saya sungguh tidak merasakan apa-apa,..ada yang tertinggal jauh disana,..hati saya belum lagi turut serta ..

Adelaide, May 23rd, 2011
*seems like i never leaving you, Indonesia

Rabu, 09 Maret 2011

KANGEN INDONESIA: "Kaka' mau jadi Pe Ha De..."

Minggu siang,
"kalo aku belajar terus seperti ayah, memangnya kalo besar nanti bisa jadi kayak apa Bun?" Kaka' Vianka tiba-tiba bertanya padaku disela-sela kegiatannya bermain-main dengan cat air.
"mmm...memangnya kaka' pingin jadi apa kalo' sudah besar?" tanyaku kembali
"yang jelas aku nggak mau seperti ayah, pinter sih..tapi jadinya sibukkkk dan kerjanya jauuuhhhh " kaka' menjawab tanpa menghentikan kegiatannya mencoret-coret kertas dengan cat. Hehe, aku tertawa kecil " loh, kan gak apa-apa, mungkin itu dia cita-cita ayah. Kalau seseorang sudah berniat ingin menjadi sesuatu, ya harus di kejar, diusahakan, dan dijalankan...kalau misalnya, kaka' ingin menjadi guru, kaka' harus belajar dari sekarang, nanti kau sekolah di tempat yang ilmunya bisa kau gunakan ketika sudah menjadi guru"
Kaka' Vianka berhenti sejenak "begitu ya Bun, aku maunya belajar dan sekolah supaya nanti bisa buat rumah yang ada restorannya, yang ada toko bajunya (maksudnya butik), ada tempat foto kopinya, ada toko pulsanya, sama toko kuenya Bun...nah kalo itu aku harusnya gak usah belajar dan sekolah jauh-jauh lah..kan nantinya juga aku kerjanya di rumah?"
Hehe, kreatif juga pikirannya, " kalo kaka' pingin punya resto, harus bisa masak yang enak, pinter berhitung karena harus tau kan berapa besarnya belanja bahan makanan dan menghitung pendapatan dari resto nya kaka', kalo mau buka toko kue dan toko baju juga loh, harus ngerti baju ato kue apa yg disukai pembeli, model terbarunya gimana, beli dimana bahannya, buat baju bagus ato bikin kue enak itu seperti apa?...banyak yang harus dipelajari...dan semua harus dicari ilmunya dengan belajar" sahutku
"Gitu yah, repot juga ya Bun, malah harus pinter semuanya..bisa-bisa aku terus-terus sekolah dan gak jadi-jadi buat tokonya" katanya lagi . "Ah, nggak semuanya si harus di pelajari di sekolah, jangan bayangin kaka' harus duduk di dalam kelas buat belajar semuanya, ada kok yang bisa dipelajari nggak di sekolah" kulihat kaka' Vianka mendengarkan dengan penuh perhatian, dia tertarik dengan ide 'tak usah sekolah' itu. " Bisa dirumah belajarnya?, gimana caranya?" . "Bisa banget, bisa dari buku,dari internet, dari televisi atau memutar vcd dan dvd atau menjadi asisten orang-orang yang ahli, kaka' magang namanya " sahutku.
"Wah, aku suka itu. Kan, banyak yah Bun,yang sekolah terus tapi nggak punya restoran ato toko baju. Aku maunya seperti yang Bunda bilang, belajar di tempat lain aja tapi bisa kerja banyak-banyak di rumah" kulihat matanya bersinar-sinar.
Ah, kaka' rupanya tertarik menjadi wirausahawan, yang terus terang sampai sekarang pun belum kupikir akan kujalankan. Tiba-tiba kok jadi menarik ya berpikir seperti kaka'. Kalo di pikir-pikir, saya dan suami memang belum pernah mencoba satupun usaha lain selain apa yang sudah kami kerjakan sekarang, bekerja kantoran yang penuh birokrasi. Untuk memenuhi persaingan, menuju puncak karier, harus terus memperbaiki kualitas dengan terus belajar melalui sekolah-sekolah formal, yang ternyata tidak menarik buat sulungku, Vianka.
  
Ketika, kutanya suatu kali, dari mana dia mendapat ide bekerja dirumah, dia menjawab " dari Bunda dan Ayah, kan setiap hari aku dan ade ditinggal sampai malam, belum lagi ayah yang jarang di rumah karena kerja di tempat yang jauh dan sekarang sekolah juga jauh, aku nggak mau seperti itu. Kalo aku sudah jadi bunda-bunda, maunya aku bisa anterin anakku sekolah dan sewaktu anakku pulang, aku juga ada buat bukain pagar dan buatin makan siang"
Waahhhh, itu sebenarnya cita-cita kaka', dan itu pula gambaran ideal menjadi orang tua baginya. Saya jadi nggak enak hati, ternyata dia sering berpikir begitulah seharusnya aku ketika menjadi bunda nya. "kaka' sedih yah bunda dan ayah kerja terus"
"Nggak lah Bun, mungkin itu cita-cita Bunda dan Ayah, tapi aku cuma nggak mau seperti itu "
Pingin nangis jadinya, si sulung yang kritis ini berusaha legawa, tindakan bijak dari seorang anak yang tak kuduga-duga. Seringkali saya kehilangan kata-kata ketika bertukar pendapat dengannya.Saya rangkul bahunya, "kaka' pintar sekali, Bunda sayang sama kaka'. Maafin Bunda ya, sering nggak ada buat kaka' "
Kaka' Vianka menjawab dengan sopan " nggak papa Bunda".

"O iya Bunda, setelah sekolah ayah akan jadi apa? Master yah?" tanyanya. "Insya Alloh, kak".."abis itu kalo sekolah lagi jadi apa?" "Mmm..bisa jadi doktor atau PhD"...
" Nah, itu Bun, aku mau juga jadi Pe Ha De"
"Ah, katanya kau gak mau sekolah-sekolah terus" godaku
"Iya, tapi aku tetep mau punya toko Pe Ha De" katanya..
Aku mengerutkan kening "maksud kaka'?"
" Aku kan tetep mau kerja dirumah..jadinya aku mau punya toko Pe Ha De aja, itu loh yang anter2 pizza" kaka' nyengir..oalahhh ...
Kuacak rambutnya.."amiin , nak.." :)

Minggu, 27 Februari 2011

Ndeso vs Keren

Akui saja, kita nggak tau segala sesuatu dan nggak harus tau segalanya. Ada pengetahuan yang kita peroleh karena kita berusaha keras mendapatkannya, namun ada yang seringkali berjumpa keberuntungan hingga diberkahi limpahan pengetahuan tanpa harus bersusah payah mencarinya. Semuanya berkaitan dengan kesempatan. Jikalau seseorang beroleh kesempatan lebih dibanding orang lain, mungkin dialah yang akan memenangi persaingan, apapun bentuknya, sementara yang lainnya terpaksa (dipaksa) atau kalaupun digunakan istilah lain, berusaha legawa menerima kekalahannya.

Akui juga, seringkali, karena telah mendapatkan 'kelebihan', baik karena usaha sendiri ataukah karena kejatuhan pulung, sedikit banyak terselip rasa 'bungah' alias berbangga diri dalam hati kita. "lah iya lah, saya begini kan karena sudah begini dan begitu, emangnya situ cuma nunggu-nunggu aja, rejeki gak bakalan sampe kalo gak dikejar", begitu si petarung seringkali mengomentari barisan kalah perang yang kalah bersaing dengannya dalam meraih suatu kesempatan. Sementara, si bejo akan lebih suka mengatakan "yah tergantung amal perbuatan lah.." senyum-senyum seolah menunjukkan amal siapa yang lebih baik ..hehe..jadi malu sama Gusti Alloh nih...

Akui saja, kadang kita memang seperti itu, dan nggak merasa berdosa..:p. Karena kita pemenangnya, biarlah kita 'keren' sementara yang lainnya 'ndeso'  karena toh mereka nggak seperti kita yang tau lebih banyak, punya lebih banyak, kalah baik dan kalah lain-lainnya..

Ahaha, maka kesian sekali kaum yang di kelompokan 'ndeso' ini, yang seolah-olah berkonotasi pada kekurangkerenan (halahhhh), kekurangpengetahuan, ketertinggalan, kepicikan dan lain sebagainya atribut yang akan malu-maluin jika di pajang berjejer di depan maupun belakang nama kita. Sementara, satu kata cukup mewakili kualitas sebaliknya..'keren' atawa 'cool' untuk mewakili intelektualitas, penampilan, pola pikir, hobi dan kesukaan (yang nota bene wilayah privasi yang tidak ada takarannya..).

Dan dunia kita terbagi menjadi dua hanya karena arogansi yang dimunculkan atau selalu coba dibentuk oleh mereka yang mewakili kelompok orang-orang yang beruntung karena memiliki kelebihan. Kadang lupa mereka ini, kesempatan yang menghampiri selain karena anugerah Sang Empunya Hidup, kadangkala karena kontribusi pihak lain termasuk mereka yang sudah kepalang di 'ndeso'-'ndeso' kan oleh mereka yang merasa 'keren' bin cool.
Minimal, siapa juga yang akan bilang kita keren kalo nggak menemukan pembandng yang lebih inferior sifatnya..

Ayolah, akui saja, sedikit banyak kita pernah begitu. Mohon maaf, jika  istilah ndeso yang berulang-ulang muncul ditulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan mereka yang berasal dari 'desa'. Saya termasuk yang percaya, kelebihan dimiliki oleh setiap orang tanpa pandang bulu, tanpa pandang tempat, tanpa pandang waktu. Siapa bilang orang 'kota' lebih unggul, mereka cuma lebih dulu bertemu teknologi, bandingkan dengan teman-teman di desa yang kadang malah berhasil menemukan alternatif teknologi, pengganti dari tekonologi  yang tidak berhasil mereka rasakan, hanya karena mereka jauh dari pusat segala kemajuan. Dan jika demikian, maaf saja, 'ndeso' lebih cool tinimbang ngota tapi cuma bisa dan berani konsumsi.

Sekali lagi, ayolah..percaya saja, butuh orang 'ndeso' untuk membuat kita 'keren' kan? Jadi, jangan sekali-kali kita jumawa ... :)

external : satelite - Dave Matthews Band

Selasa, 15 Februari 2011

Ade' mogok mandi :P

Seminggu belakangan, setiap pagi dan sore hari terjadi kehebohan di rumah kecil kami. Menjelang pukul enam pagi saat terjadi antrian ke kamar mandi, terjadi perang kata-kata antara kaka' Vianka dan little Ayomi :D..Sang kakak yang akan segera bersiap ke sekolah uring-uringan karena little Ayomi selalu mengganggu jadwal mandinya. Little Ayomi selalu menyalip sang kakak terlebih dulu masuk kamar mandi , berlama-lama disana, tapi sekalipun kegiatannya di kamar mandi sudah lebih dari 15 menit dia akan keluar dari sana dengan tubuh dan wajah kering, alias tak tersentuh air sama sekali...ha? terang saja kaka' marah-marah,  jadwalnya diinterupsi oleh si adik untuk kegiatan pagi yang tidak jelas...

"Bundaaaa...." teriak kaka' di telepon, saya yang sedang duduk mengantuk di sudut gerbong kereta terpaksa menjauhkan ponsel  dari telinga "kenapa kak'?"..."itu loh bayi gemuk maen-maen lagi di kamar mandi..aduuuhhh aku kesiangan lagi nih..." keluhnya sewot "kasih teleponnya ke ade' ka" pintaku, sama persis dengan kejadian dua hari belakangan nih..."halo" suara little Ayomi "Ade'?..udahan mandinya? udah sabunan belum?" tanyaku, diam sedetik, dua, tiga.."mm..tapi aku gak mau mandi" dia merajuk, hihi..susah juga (dalam hati miris, andai saya ada disana menemaninya mandi pagi..) "terus kenapa ade' di kamar mandi lama-lama?" tanya saya lagi "nanti kaka' kesiangan loh"..."mmm...soalnya aku gak mau ditinggal kaka'..kalo kaka' mandi duluan aku nanti ditinggal" little Ayomi lagi . Loh?.."ya udah deh,..kalo gitu cepetan yah, ade' kan  udah duluan jadi gak kan ditinggal, kesian kaka' nanti terlambat". Little Ayomi lagi, "oke Bun,...kaka',..ni aku udah" klik , telepon diputus. Hmmm, anak-anak..

Malamnya, sewaktu saya pulang, kaka dan ade' berlomba-lomba cerita, sewaktu saya tanya soal insiden kamar mandi pagi, kaka' dengan emosi menceritakan kebiasaan aneh adiknya.."udah lama-lama begitu Bun,..keluar dia ternyata nggak mandi, hhhhh..aku keseeeellll, maksudnya apa coba?"
Hehe, kupangku ade, sambil kucium ubun-ubunnya.."ihhh, ade' gak keramasan yah?"
Little Ayomi nyengir,.."tapi aku gosok gigi" sahutnya gak nyambung "Ih, bunda gak nanya, itu loh ade' gak sabunan dan keramasan kenapa?"
"Ade' gak mau mandi" sahutnya cuek
"Emangnya badan ade' gak gatel2?"
"Ade cuci tangan sama kaki, cuci ketek juga" sahutnya lagi
Aneh deh,..bukannya dia takut air loh, karena dia suka sekali berenang, saya tanya pada pengasuh dirumah, dia bilang seingatnya nggak ada kejadian apapun berkaitan dengan kamar mandi yang mungkin bisa membuat ade trauma, sehingga menolak untuk mandi, ah anak-anak..

Dihari libur, saya sendiri yang mengawasi anak-anak berkegiatan di rumah. Saat tiba gilirannya untuk mandi, saya ajak little Ayomi ke kamar mandi..dia menggeleng-geleng, "gak mauuuuu" dia berlarian di dalam rumah menghindari kamar mandi hehe..ketika akhirnya saya berhasil menangkapnya, dia berkeras menolak.."nggak mauuuuu, lagian kenapa aku harus mandi? "
"ssttt..eh,..nggak pinter deh, ade' kenapa gak mau mandi?" tanyaku pelan-pelan
"ternyata tuh Bun,..garfield (nama kucing peliharaan dirumah), gak pernah mandi, tapi dia juga gak kotor dan gak bau" Little Ayomi berargumen
ha?.."dia kan gak bakal gatel..karena punya rambut yang lebat..kalo ade' gak mandi, kulit ade kena debu, ade' gatel-gatel loh" sambutku..sedetik, dua detik.."ya udah, kalo gitu ade' mau rambut lebat kayak garfield.." katanya lompat dari pangkuanku..haduuuhhhh...kesimpulannya kok jadi gitu yah?

Hehe, teringat hasil browsing saya soal komunikasi efektif dengan anak. Banyak hal yang mungkin ingin ditanyakan si kecil yang kita sebagai orang tua nggak bisa memberi alasan atau penjelasan yang memadai, kalaupun ada penjelasan yang menurut kita logis, menurut anak-anak bisa jadi hal tersebut tidak masuk logika mereka. Pe-er buat saya nih, saya yang selama ini selalu menganggap diri sendiri sebagai manusia logis, ternyata nggak bisa menandingi logika Little Ayomi dan itu baru urusan mandi, bagaimana kalu dia mulai memikirkan alasan di kegiatannya yang lain?. Kesimpulannya..jangan pernah meremehkan anak-anak, ternyata mereka bisa menjadi alasan yang membuat kita  lebih pintar dan bijaksana,.. jadi selama berstatus "orang tua", nggak ada alasan berhenti belajar yah..:)