Jelaga
Kukawani setiap
kemarahan dengan putus asa
Bergelung dalam
ruang sempit, kotor dan pekat
Meneriakan hingga
serak serentetan caci maki
Pada angin, hujan, matahari, bulan,
pada binatang yang
menyaru menjadi manusia,
pada penguasa,
kesombongan, kekerdilan
kesemrawutan,
kesedihan, pada apa saja...
Lalu aku lelah
Kubunuh diriku
sendiri berkali-kali
Namun ia enggan mati
Kucecap pahit, panas
dan dingin,
sampai kelu tak
merasa lagi
Tetap saja tak mampu
kuluruhkan gelap
Aku menyepi dalam
raga tanpa hati
Adelaide, April 27 th, 2012
The fall..
Aku dan Pelangi
Kupandangi dengan iba perempuan yang merenda pelangi
dari hujan air matanya di suatu pagi yang mendung
Ia tersenyum meski tubuhnya penuh luka
warna-warni pelangi memantul di wajahnya,
pengharapannya yang terakhir
Kutemukan lelaki yang meniti pelangi
dengan hujan peluhnya di suatu senja temaram
Ia terus melangkah meski telapak kakinya penuh darah
warna-warni pelangi menjadi semangat bagi jiwanya yang letih
pengharapannya tak kunjung pupus
Kudapati diriku merindukan pelangi
bersama rinai hujan yang sesungguhnya
di hari berkabut menjelang malam
aku tak sanggup tersenyum pun teramat berat untuk melangkah
kucari dia penyemai rindu dari hati yang sekarat
pengharapanku karam
Adelaide, 27 April 2012
In the fall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar