Minggu, 13 Mei 2012

Road to Adelaide : Seeking a Part Time Job

Pelajar yang telah mendapat visa student termasuk dependant nya (suami/istri/pasangan) yang sama-sama memperoleh visa berkode 576 mempunyai hak untuk dapat bekerja maksimum selama 20 jam per minggu. 
Apa saja jenis pekerjaan yang lazim dilakukan para student asal Indonesia dan keluarganya di Adelaide ini? Jawabannya banyak..:D, dan biasanya informasi serta pekerjaan ini diperoleh dari sesama rekan asal Indonesia dan bisa diturunkan, jadi setibanya di Adelaide nanti rajin-rajinlah berkomunikasi dengan sesama orang Indonesia..:). 

Berikut beberapa jenis pekerjaan paruh waktu yang bisa dilakukan:
  • Berkebun, alias bekerja di perkebunan, mulai kebun strawbery, chery dan anggur (di musim panas), tomat, kentang dan daun bawang
  • Tenaga kebersihan alias cleaning service
  • Kurir pengantar pizza/makanan cepat saji (delivery service)
  • Pengantar junk mail 
  • Bekerja di pabrik, rumah pemotongan hewan, atau sebagai pekerja di toko 
Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum melamar pekerjaan?
  1. Pastikan paspor dan visa kita masih berlaku.
  2. Minimum bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
  3. Sebagian pekerjaan diperoleh melalui jasa agen tenaga kerja, kelengkapan yang lazim diminta antara lain adalah TFN (Tax File Number)  dan ABN (Australian Business Number). Untuk memperoleh TFN bisa mengajukan aplikasi disini dan untuk ABN bisa dengan mengajukan aplikasi disini.
  4. Sebagian pekerjaan membutuhkan mobilitas yang lumayan tinggi, seperti misalnya cleaning service atau kurir junk mail/ deivery service karena sering berpindah-pindah lokasi sehingga lebih mudah jika sebelum melamar pekerjaan  jenis ini kita menyiapkan kendaraan. Umumnya kendaraan yang digunakan adalah mobil pribadi, namun bisa juga kita menggunakan sepeda motor atau minimal sepeda onthel.
  5. Jika membawa anak-anak turut bermukim di Adelaide, mengingat jam kerja yang bervariasi sebaiknya juga dipikirkan untuk menyesuaikan dengan jadual sekolah anak-anak atau mencari tempat penitipan anak sementara kita meninggalkan mereka untuk bekerja.
  6. Bagi student yang lebih penting adalah menyesuaikan dengan jadual belajar, nggak lucu kan hanya karena keasyikan bekerja kuliah jadi terbengkalai ^^. 

Selasa, 08 Mei 2012

Road to Adeaide : What to Prepare dan Bring ?

Setelah semua persiapan terkait Visa dari pemerintah Australia, tiket penerbangan dan urusan domestik di Adelaide yang telah diurus oleh suami yang telah lebih dahulu berangkat tiga bulan sebelumnya, saya dan anak-anak mulai mempersiapkan barang apa saja yang akan kami bawa untuk tinggal sementara di Adelaide.
Berdasarkan pengalaman saya, beberapa yang dapat menjadi bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:
  1. Musim dan cuaca. Adelaide memiliki empat musim. Saat musim panas (Desember - Februari) rata-rata suhu adalah 24 - 42 derajat celcius, sekali dua pernah juga mencapai suhu yang ekstrim hingga 47-48 derajat. Udara yang sangat panas biasanya berangsung selama sepekan. Pekan depannya suhu akan kembali normal dikisaran 26 - 33 derajat, tidak terlalu panas seperti layaknya di Jakarta. Pada musim gugur (Maret-Mei) suhu berisar antara 12 - 26 derajat namun pernah juga sekali dua mencapai 6-7 derajat di malam hari. Musim dingin di Adelaide mulai datang di bulan Juni - Agustus. Suhu terdingin yang pernah kami alami hanya 0 derajat saja, tidak ada salju disini. Dan suhu rata-rata selama puncak  musim dingin berkisar antara 3 - 10 derajat. Sementara itu mulai September - November Adelaide memasuki musim semi. Suhu sangat nyaman berkisar antara 14-22 derajat. Sudah terasa hangat matahari. Yang perlu diingat, sepanjang tahun, Adelaide terkenal dengan anginnya yang kencang. Di musim yang lain mungkin tak terlalu mengganggu, namun di musin dingin, angin kencang ini sangat menakutkan dan sangat mengganggu daya tahan tubuh. 
  2. Mengingat cuaca tersebut di atas, yang bisa dipersiapkan dari Indonesia antara lain adalah long john (baju dalam khusus musim dingin). Saya membelinya dari sbeuah toko perlengkapan musim dingin di Mangga Dua secara online, selain long john, jaket musim dingin dan perlengkapan musim dingin lainnya kami beli di Adelaide. Kebetulan setiap akhir musim dingin atau minimal pada saat musim semi/panas perlengkapan musi dingin masih lebih murah ketimbang pada waktu musim dingin, sehingga suami telah terlebih dahulu membelinya untuk kami.
  3. Obat-obatan yang biasa kita pakai di Indonesia, terutama bagi anak-anak. Untuk obat dari dokter dan Rumah Sakit agar disertakan resep terkait. Semua obat-obatan harus dengan kemasan aslinya yang jelas menunjukkan konten dan cara pemakaiannya. Obat ini termasuk minyak telon, obat gosok , obat gigi, obat mata serta vitamin penguat daya tahan bagi anak-anak, maklumlah anak-anak saya agak sulit mencoba jenis vitamin lain diluar yang biasa mereka minum di Indonesia.
  4. Surat Ijin Mengemudi (SIM) dan surat-surat penting seperti KTP, Surat Nikah dan Akte Kelahiran yang masing-masing telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah tersumpah.Khusus SIM, di Adelaide, proses pembuatan SIM sulit lho..jadi lebih mudah membawa SIM dari Indonesia, toh tetap bisa digunakan disini.
  5. Tidak perlu repot-repot membawa peralatan rumah tangga seperti rice cooker, toaster atau pemanas air dan sebagainya, selain repot dan menambah berat bagasi, konsumsi listrik untuk peralatan rumah tangga disini berbeda dengan di Indonesia. Lagi pula di sii telah banyak beredar barang sejenis produk China dengan harga yang relatif lebih murah. Selain di toko atau supermaret, kita bisa juga membeli di garage sell yang sering diadakan oleh student  yang akan pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan.
  6. Soal makanan, perhatikan ketentuan yang diatur oleh custom Australia disini. Jika hendak membawa makanan dari Indonesia agar dibawa dengan kemasan aslinya, yang mencantumkan kandungannya dan harus di informasikan (declare) dalam dokumen yang disediakan. Saat pemeriksaan di bandara, setiap koper atau tempat membawa makanan akan di bongkar oleh pihak custom .Kebanyakan mereka akan menyingkirkan makanan yang dianggap tak layak masuk semisal bumbu atau bahan mentah atau makanan olahan rumah yang tanpa kemasan. Daripada repot, saya dulu memilih jalur aman untuk tidak membawa makanan sejenis ini dari Indonesia. Di Adelaide ada kok toko /supermarket yang menjual produk makanan dari Indonesia (untuk kisah berbelanja bahan makanan Asia di Adelaide silakan baca disini).

Road to Adelaide : Choosing The Airways

Berdasarkan pengalaman suami, ADS menyediakan tiket penerbangan bagi awardee nya. Biasanya mereka menggukana Qantas Airways dengan tanggal keberangkatan yang telah ditentukan. Namun, bagi keluarga, tidak ada yang menanggung biaya penerbangan mereka, sehingga kita harus mempersiapkan dana tersendiri untuk ini. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih maskapai penerbangan dahulu adalah sebagai berikut:
  1. Berapa lama waktu tempuh hingga ke Adelaide dari Jakarta. Rata-rata penerbangan membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Karena tidak ada penerbangan langsung ke Adelaide dari Jakarta, mereka memerlukan waktu untuk singgah. Dengan demikian, saya juga mempertimbangkan waktu singgah mereka. Waktu singgah (transit) berkisar antara 1,5 jam sampai 5 jam tergantung maskapai penerbangan. Ada yang singgah di Bali seperti Virginia Airlines, ada yang di Kuala Lumpur seperti Malaysia Airlines, atau di Singapura (Singapore Airlines), dan di Sydney (Qantas). Namun ada pula yang transi di Melourne dan Perth.
  2. Waktu penerbangan juga menjadi pertimbangan saya. Kami sekeluarga menyukai penerbangan malam hari untuk penerbangan yang lebih dari 6 jam. Ini memunginkan anak-anak bisa tidur di pesawat dan tiba di tujuan pagi hari, sehingga lebih leluasa beradaptasi dengan kondisi beda waktu (jetlag).
  3. Biaya tentu saja menjadi bahan pertimbangan yang penting. Untuk penerbangan ke Adelaide, harga tiket biasanya terpengaruh pada season tertentu di Adelaide. Ketika saya berangkat ke Adelaide dulu, sekitar blan Mei, di Adelaide cuaca mulai dingin (autumn menjelang winter) sehingga banyak warga Adelaide yang justru berlibur ke tempat yang lebih hangat seperti Bali dan Thailand yang menjadi favorite tujuan wisata mereka. Dengan kondisi demikian, tiket penerbangan menuju Adelaide dari Jakarta lebih murah dibandingkan sebaliknya. Sebagai referensi, pada Mei 2010 harga tiket Jakarta-Adelaide rata-rata Rp.4,5 jt - Rp. 6,5 jt  per orang tergantung maskapai penerbangan yang dipilih. Untuk anak dibawah usia 2 tahun, kebanyakan maskapai memberikan diskon tertentu.
  4. Memilih maskapai penerbangan juga berkaitan dengan makanan selama di perjalanan. Bagi kami yang muslim, kami lebih nyaman memilih maskapai yang jelas menyediakan makanan halal misanya Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia.
  5. Urusan custom (pemeriksaan di Bea Cukai setempat, baik ditujuan maupun di tempat transit). Saya memilih maskapai yang transit bukan di salah satu kota di Australia. Mengapa? karena saya nggak mau direpotkan urusan pemeriksaan custom ^^. Jika kita transit di Melobourne atau Sydney, kita terpaksa membongkar barang bawaan yang banyak itu (maklumlah kan pindahan jatuhnya..:p) untuk pemeriksaan. Setelah itu kita mesti mengurus bagasi kembali untuk melanjutkan perjalanan ke Adelaide. Jika kita transit di negara lain yang belum termasuk wilayah Australia, kita terhindar dari kerepotan ini.

Untuk bahan pertimbangan terkait barang bawaan yang akan dibawa ke Adelaide bisa dilihat disini.


Road to Adelaide : Seeking for an Apartement or House

Sebelum keluarga tiba di Adelaide untuk tinggal beberapa lama, awardee yang biasanya terlebih dahulu berangkat sebaiknya segera mencari tempat tinggal yang dapat ditempati oleh keluarga. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan:
  1. Biasanya para student  yang tiba di Adelaide, saat pertama kali tiba, mereka terlebih dahulu mencari tempat tinggal sementara. Jika sebelumnya mereka telah bergabung dengan PPIA (Persatuan Pelajar Indonesia Australia) ranting masing-masing universitas (di Adelaide terdapat beberapa ranting PPIA yaitu PPIA Unuiversity of Adelaide, PPIA Unisa, dan PPIA Flinders, serta satu PPIA cabang South Australia), mereka akan dibantu untuk mendapatkan tempat tinggal sementara oleh rekan-rekan pengurus PPIA. Mereka juga bisa minta bantuan universitas untuk mencarikan tempat tinggal sementara sebelum keberangkatan mereka ke Adelaide. Tempat tinggal sementara umumnya hanya bagi student dan bukan untuk keluarganya.
  2. Untuk keluarga dengan anak-anak yang masih kecil, masih memungkinkan tinggal di unit apartemen yang banyak disewakan di Adelaiade. Rentang harga yang umum disini berkisar antara AUD $ 200 - AUD $ 350 per minggu untuk apartemen dengan dua kamar. yang terletak tidak di pusat kota, namun masih masuk dalam wilayah Adelaide. Jika memilih tempat di pusat kota, minimal biaya sewa per minggunya bisa mencapai AUD$ 500 per kamar (seperti di pemondokkan mahasiswa di Adelaide City). Untuk harga rumah (biasanya terdiri dari 3 kamar) tentu lebih mahal lagi.
  3. Apartemen terdiri dari dua jenis, ada yang teah dilengkapi dengan perlengkapan rumah tangga standar/ fully furnished (lemari, tempat tidur, heater, AC, kompor/oven, meja makan, sofa, televisi) dan ada pula yang tidak. Tentu saja ini mempengaruhi harga sewanya. Perlu juga diingat bahwa harga sewa ini kebanyakan belum termasuk biaya listrik dan air, yang di Adelaide cukup mahal. Kebetulan apartemen yang saya tempati sekarang biaya sewa teah termasuk biaya air, sehingga program penghematan bisa di atur untuk biaya istrik saja :).
  4. Sewa menyewa unit apartemen/rumah biasanya melibatkan agen properti, untuk  referensi bisa dilihat disini Mereka yang mengatur unit mana yang bisa disewakan dan menghubungkan kita dengan para pemilik unit apartemen. Kebanyakan landlord / pemilik properti yang menyewakan unit apartemennya, mewajibkan calon penyewa untuk membayar deposit di muka minimal 4 kali harga sewa per minggu. Jadi, sebelumnya student yang hendak menyewa tempat tinggal untuk keluarganya agar menyiapkan dana tersendiri untuk ini. Deposit tersebut akan dikembalikan kepada penyewa diakhir masa sewa setelah dilakukan inspeksi oleh pemilik unit serta dipastikan tidak ada kerusakan pada unit yang disewakan.
  5. Dalam mencari tempat tingga untuk keluarga, penting dipertimbangkan mengenai letaknya yang dekat  minimal dengan  halte bus/trem (kemana-mana disini kita seringnya naik bus loh :P), sekolah, supermarket (disini nggak ada minimarket apalagi warung ^^), gas station, rumah sakit/klinik yang menerima OSHC, child care. Tempat tinggal sebaiknya dekat dengan sekolah, karena tidak semua sekolah menyediakan bus sekolah, jikapun ada hanya untuk program tertentu, sehingga orang tua harus mengantar dan menjemput sendiri anak-anaknya. Jika memungkinkan pilih tempat tinggal yang dapat menjangkau sekolah hanya dengan berjalan kaki, apalagi jika kita tidak bisa mengendarai kendaraan baik roda dua atau empat.
  6. Untuk menghemat biaya sewa per minggu, banyak teman-teman pelajar disini yang berbagi kamar dengan pelajar yang lain. Tapi ini memungkinkan jika ia hanya serang diri atau jikapun berkeluarga, biasanya mereka yang berbagi (sharing) tempat tinggal belum dikaruniai anak atau hanya memiliki satu anak saja.
  7. Jika memungkinkan, pilih tempat dimana banyak mahasiswa/pelajar Indonesia juga bermukim. Selain menciptakan lingkungan bagi anak-anak yang harus menjalani masa adaptasi, berada di tempat yang sama dengan teman-teman dari Indonesia terbukti lebih nyaman, paling tidak di saat kita mengalami kesulitan, kita akan merasa memiliki keluarga, biasanya sesama warga Indonesia sangat akrab dan saling membantu layaknya saudara. Banyak tempat di Adelaide yang dihuni oleh pelajar Indonesia seperti misalnya City Beach Apartment di Anzac Highway, Goodwood Apartment, Tonsley, atau Glynde Lodge di Payneham Rd. 
Jika urusan domestik di Adealaide telah beres, keluarga di Indonesia bisa segera menyusul deh, beberapa bahan pertimbangan sebelum berangkat bisa dilihat disini.

Minggu, 06 Mei 2012

Road to Adelaide : OSHC

OSHC  ( Overseans Student  Heath Cover) adalah asuransi kesehatan yang menneydiakan biaya  penggantian  untuk perawatan di luar rumah sait, perawatan di rumah sakit, obat-obatan yang diresepkan oleh dokter serta biaya ambulan pada kondisi mendesak (emergency). Pada prinsipnya ADS teah mengcover preni OSHC bagi awardee nya. Namun premi tersebut hanya bagi si penerima beasiswa saja dan tidak termasuk dependant yang akan ikut mendampingi selama masa studi (jika ada).

Pengalaman keluarga kami, sebelum saya dan anak-anak berangkat ke Australia, suami sebagai awardee telah lebih dahulu mengupgrade statusOSHC dari single menjadi family. Di tahun 2010 premi untuk upgrade dari kategori  single  menjadi family memerlukan tambahan premi kurang lebih AUD$ 800, namun per bulan November 2011 terdapat kenaikan biaya upgrade, untuk mempelajari lebih lanjut tentang OSHC bisa dibaca disni.

Dengan OSHC, biaya perawatan kesehatan di klinik-klinik tertentu seperti University Health Unit dan Rumah Sakit Pemerintah dilayani secara gratis, kecuali disebutkan lain dalam polis. Perawatan semisal rawat jalan untuk sakit ringan termasuk obat-obatannya, imunisasi bagi anak-anak, konsultasi semasa masa kehamilan baik ke dokter maupun bidan termasuk tes-tes yag diperlukan (tes urine, tes darah, pap smear , USG) ditanggung atau mendapat penggantian dari OSHC.

Perawatan gigi bagi anak usia batita / preshoolers ( usia 1-5 th) gratis, usia primary school hanya dikenakan AUD$40/anak, untuk usia remaja dan dewasa terdapat skema berbeda dengan biaya lebih mahal, dan perlu diperhatikan khusus untuk perwatan gigi ini tidak ditanggung atau mendapat penggantian dari OSHC.

 Jadi sebelum keluarga berangkat, pastikan telah mengurus OSHC buat mereka.

Sabtu, 05 Mei 2012

Road To Adelaide : Visa

Nggak kerasa, dua minggu lagi,  tepat setahun kami tinggal di Adelaide, sebuah kota yang "ramah" buat ukuran ibu kota negara bagian di selatan Australia. Saya teringat pada hari-hari di awal bulan Mei setahun lalu, hari-hari dimana saya harus ekstra bekerja keras merapikan segala urusan sebelum kepindahan kami kesini. Maklumlah, tiga puluh lima tahun hidup saya, belum pernah sekalipun saya pindah kota untuk tinggal. Selama itu saya hanya tinggal di satu kota di ujung timur Jakarta, Bekasi, namanya. Seperti mimpi saja rasanya, sekalinya musti pindah kok ya bisa sangat jauh ke negeri orang. Alloh SWT memang selalu punya rencana atas manusia, rencana yang tak disangka-sangka dan terkadang tetap menjadi rahasia sampai waktunya tiba.

Menjadi keluarga inti seorang penerima beasiswa ADS, (Australian Development Scholarship) kehidupan kami di Adelaide, bisa dibilang tak terlalu "buruk" untuk ukuran gaya hidup standar ala Indonesia. Sungguhan deh, bagi keluarga "besar" saya, yaitu keluarga dengan tiga anak, asalkan tahan berhemat, insya Alloh tak akan kekurangan sandang, pangan dan papan. Meskipun dalam strata ekonomi masyarakat Adelaide kami mungkin termasuk golongan kaum "dhuafa" karena hidup mengandalkan allowance aias uang beasiswa, tetapi sejauh ini, kami bisa bertahan. Benar juga pendapat salah seorang teman saya dulu saat tahu kami akan segera menyusulnya ke Australia, ia bilang bahwa orang Indonesia paling banyak "nyawa" nya dan termasuk kaum imigran yang tahan banting ^^. 
Terbukti saat kami kemudian bertemu sesama masyrakat Indonesia disini, mereka semua adalah teman-teman yang sangat menginspirasi kami, bukan hanya karena sebagai pelajar mereka cemerlang di bidang ilmunya masing-masing, tetapi juga sanggup bekerja keras di sela-sela kesibukannya belajar dan bahkan juga berorganisasi. Bagi teman-teman yang sedang bersiap berangkat untuk belajar dengan beasiswa ADS (Australian Development Scholarship) atau sedang mempersiapkan keluarganya (dependant = merupakan keluarga inti, termasuk suami/istri/pasangan dan anak) untuk segera menyusul ke Australia, saya mungkin bisa sedikit bercerita hal-hal apa saja yang perlu di persiapkan oleh dependant sebelum keberangkatan, beberapa saya uraikan di bawah ini :
  1. Sebagai dependant, kita nantinya akan memperoeh visa berkode 576 yang sama dengan visa yang diperoleh oleh penerima beasiswa ADS. Kesamaannya antara lain adalah masa tinggal di Australia yang sama dengan masa studi yang diperoleh oleh penerima bea siswa. Hak yang melekat antara lain, dengan memegang visa tersebut, dependant (suami/isteri/pasangan) dapat bekerja part time maksium 20 jam seminggu, dapat mengikuti kursus-kursus yang berdurasi maksimum 3 bulan lamanya (jika kursus lebih dari 3 bulan, harus mengajukan visa khusus student).
  2. Syarat penting yang harus dipenuhi sebelum mengajukan apikasi visa adalah : telah memiliki paspor, mengikuti tes kesehatan di rumah sakit/dokter yang dirujuk oleh Kedutaan Besar Australia (jadi tidak bisa di sembarang dokter atau rumah sakit ya). Di Jakarta Rumah Sakit terafiliasi antara lain RS. Mitra Kemayoran Jakarta dan Klinik Medikaloka ( Indorama Building Jl H R Rasuna Said Block X 1 Kav 1-2). Dalam tes kesehatan, yang di uji adalah berat/tinggi, kesehatan mata, tes urine, tes kesehatan umum dan rontgen bagi dependant yang berusia diatas 10 tahun. Pastikan kondisi kesehatan dependant sedang fit pada saat tes kesehatan dilakukan dan apabila ada kondisi khusus semisal penyakit menahun/gejala penyakit dalam agar diperhatikan dan sebaiknya dilakukan pengobatan terlebih dahulu. Rumah sakit/dokter yang berafiliasi dengan Kedutaan Besar Australia akan langsung mengirimkan hasil tes kesehatan kita pada kedutaan tanpa mengirimkan hasilnya pada kita terlebih dahulu, keputusan apakah kita layak menerima visa dari pemerintah Australia ditentukan oleh kedutaan besar mereka dengan mengacu salah satunya pada hasil tes kesehatan ini.O ya, rata-rata biaya tes kesehatan per orang pada tahun 2010 berkisar antara Rp. 380.000,- s.d. Rp. 500.000,-.
  3. Dengan membawa paspor yang masih berlaku, bukti telah dilakukannya tes kesehatan, dan pas foto, maka kita bisa mengajukan permohonan visa Australia melalui perwakilan ADS. Jika tidak terdapat masalah apapun, maka kurang lebih 2 minggu setelah pengajuan, visa sudah bisa kita terima.
Untuk mempelajari soal pengurusan visa Australia bisa dilihat disini, dan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai informasi seputar awardee  scholarship dari pemerintah Australia bisa dilihat disini. 
Untuk mengetahui hal-hal penting yang mesti disiapkan terkait kepindahan anak-anak bisa dilihat disini  dan disini.



Road to Adelaide : Kid's Stuff - Primary School Matter

Apa saja keperluan terkait anak-anak usia primary school yang mesti dipersiapkan?

  1. Untuk mendaftar ke primary school, kita tidak diminta dokumen yang macam-macam, semisal akte kelahiran anak atau rapor dari sekolahnya terdahulu di Indonesia.
  2. Sebelum bisa memulai sekolah di Australia, orang tua yang menjadi awardee ADS terlebih dahulu harus mendapat referensi dari DECS ( Department of Education and Children's Services). Surat pengantarnya dapat diperoleh dari universitas di Australia tempat orang tua terdaftar untuk melanjutkan studi. Tanpa surat keterangan dari DECS, anak-anak tidak bisa mendaftarkan diri di sekolah mereka. Jadi, ada baiknya sebelum anak-anak tiba di Australia, orang tua yang menerima bea siswa mengurus terlebih dulu kelengkapan ini. Untuk lebih jelas silakan pelajari disini.
  3. Saat mendaftar ke primary school orang tua hanya ditanya berapa usia anak, dan apakah pernah bersekolah sebelumnya, jika ya kelas berapa? That simple !! Lalu sekolah yang akan menentukan di kelas manakah anak kita layak ditempatkan. 
  4. Usia anak yang dapat diterima di primary school minimal adalah 5 th (kelas reception). Primary School di Australia menganut sistem term (triwulanan), dengan masa belajar per term kurang lebih 10 minggu.  Tahun ajaran baru di mulai di bulan Januari. Anak-anak dapat didaftarkan kapanpun selama usianya mencukupi. Pengalaman dengan anak saya yang kedua, ketika kami tiba di Adelaide pada Mei 2011, usianya belum genap 5 th, sehingga ia masih dirujuk untuk mendaftarkan diri di kindie. Sementara kakaknya, satu minggu setelah tibanya kami disini sudah langsung bersekolah, padahal saat ia mendaftar term kedua telah bersangsung kurang lebih 4 minggu. Untuk sang adik, saya tidak mendaftarkannya ke kindie, melainkan menunggu hingga usianya genap 5 th sebelum mendaftarkannya ke primary school. Selama menunggu tentu saja ia belajar di rumah melanjutkan homeschooling nya.
  5. Tidak ada tes masuk untuk sekolah. Orang tua cukup membawa surat pengantar dari DECS dan rekomendasi dari universitas yang menunjukkan bahwa orang tua adalah penerima bea siswa ADS. Bagi penerima bea siswa ADS, status mereka dipersamakan dengan permanent resident/resident Australia, sehingga biaya sekolah yang dibebankan kepada mereka pun sama yaitu sekitar AUD $ 256 per anak/ tahun, padahal biaya sekolah per tahunnya bagi anak-anak usia primary school sebenarnya adalah sekitar AUD$5.500 (tahun 2011). O ya, jika anak kita mendaftar tidak mulai term pertama, maka biayanya juga disesuaikan. Untuk anak-anak saya misalnya, pada saat mendaftar dulu, mereka langsung mengikuti term kedua, dengan biaya pendaftaran hanya AUD$186 saja. Biaya tersebut mencakup biaya peralatan dan perlengkapan belajar disekolah yang meliputi buku tulis, alat-alat tulis, pensil warna/spidol/crayon, alat dan perlengkapan untuk kelas art (tergantung plan per kelas/guru), dan akses pada komputer dan internet serta langganan program edukasi berbayar semisal mathletics. Untuk seragam sekolah, bisa diperoleh sekolah dengan biaya terpisah, namun diperbolehkan membeli sendiri di luar dengan syarat mengikuti ketentuan warna. Untuk anak-anak, saya membeli seragam mereka di supermarket saja dengan biaya yang lebih murah, misalnya untuk T-shirt saya beli $5 untuk 3 potong ^^, sedangkan celana panjang hanya dengan biaya $8 -$10, jauh lebih murah dibanding harga yang dipatok sekolah yang untuk T-shirt saja dikenakan $12,5 per potong. O ya, anak-anak saya juga tetap diperbolehkan mengenakan jilbabnya ke sekolah , Alhamdulillah..:), asalkan jilbabnya berwarna senada dan polos tanpa aksesori apapun. Syukurnya lagi, seragam sekolah disini hanya satu model untuk 5 hari sekolah.
  6.  Di Adelaide, anak-anak bersekolah di sekolah lokal (semacam rayon) yaitu sekolah-sekolah yang terletak di sekitar tempat tinggalnya. Biasanya ditentukan berdasarkan suburb tempat kita tinggal. Bagi siswa yang berasal dari negara non Australia tersedia primary school yang memiliki program pelatihan bahasa Inggris. Program tersebut bernama IELC (Intensive English Language Centre), informasi lengkapnya bisa dipelajari disini. Jadi jika sebelum berangkat anak-anak kita belum lancar berbahasa Inggris, tak perlu terlalu khawatir, mereka akan dapat mmelatih bahasa Inggrisnya melalui program ini. Namun, sayangnya tidak semua sekolah memiliki program dimaksud. Di Adelaide, salah satu primary school yang memiliki kelas IELC adalah Richmond Primary School. Bagi kami yang kebetulan tinggal tak jauh dari sekolah tersebut, menjadi keuntungan tersendiri. Banyak juga siswa internasional dari primary school yang lain, yang tidak memiliki IELC program yang terlebih dahulu mengambil pelajaran di Richmond PS sebelum kemudian kembali bersekolah di sekolah lokalnya ketika dinyatakan lulus dari program tersebut.
  7. Apabila kita memilih untuk tidak mengikutkan anak-anak pada program IELC pun tidak terlalu masalah sebenarnya. Banyak anak-anak Indonesia di Adelaide yang langsung masuk kelas mainstream dan dengan cepat beradaptasi dalam soal bahasa. Jadi kalau pun anak-anak tidak sempat kursus bahasa Inggris semasa di Indonesia, misalnya, itu sama sekali bukan masalah. Anak-anak jauh lebih cepat beradaptasi tinimbang orang tuanya, percayalah ^^.