Selasa, 07 Agustus 2012

Hikmah Lewat Segelas Air Dalam Kemasan

Teringat ku pada suatu sore di bulan Ramadhan lima tahun lalu, sore yang cerah seperti hari ini, dengan matahari yang hangat dan angin menerbangkan debu naik ke udara, persis seperti hari ini...

Seorang penjual asongan mengetuk kaca jendela angkutan kota  yang kutumpangi, tersenyum ia menawariku segelas air dalam kemasan. Sore ini aku memang haus, dipenghujung hari puasa selalu seperti itu. Tapi maghrib masihlah lama padahal dalam hitungan menit aku mestinya sudah sampai di rumah. Hidangan ta'jil dirumah pastilah lebih menarik tinimbang segelas air kemasan.Sejenak aku bersitatap dengan sang penjual minuman itu, wajahnya yang legam terbakar matahari, lengannya kurus dan hitam, dipundaknya tergantung kantong plastik hitam besar berisi barang jualannya, tampak berat disandangnya, sehari ini entah berapa hasil yang sudah diperolehnya dari berjualan..hari puasa pasti tidak seramai hari biasa..

Lengan hitam itu masih terjulur dari jendela dengan segelas air dingin, matanya penuh harap akulah pembeli berikutnya..ah..baiklah.."dua, bang"..kataku dan dengan sigap dikeluarkannya lagi sebuah..kuterima keduanya, dan selembar uang seribu rupiah berpindah tangan, kudengar sekilas ia mengucap "Alhamdulillah, terima kasih". Dalam hati spontan sebuah doa bergema semoga hari itu ia diberkahi banyak rizki olehNya.
Disisa perjalananku sore itu, sempat kurenungi kejadian kecil yang baru saja lewat. Bagi orang - orang seperti penjual asongan tadi, selembar uang seribu begitu berarti. Teringat ucapan Hamdalah yang spontan mengalir dari bibirnya tadi, ucapan terima kasih tulus terdengar sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang ia terima. Aku berkaca pada diriku sendiri, berbulan.. bertahun aku menerima penghasilan yang nilainya mungkin lebih besar dari sipenjual asongan tadi,..aku bahkan tak bisa mengingat apakah Hamdalah yang terlontar setiap kali aku menerimanya.

Refleksi rasa syukur seringkali begitu nyata terlihat pada wajah-wajah 'orang kecil' atau orang-orang tertindas, mereka yang terpinggirkan dalam pola kehidupan kini yang makin materialistis. Sedangkan bagi sebagian yang lain, bahkan ditengah limpahan harta pun mereka enggan mengakui bahwa telah tercukupkan dirinya dengan segala apa yang telah Dia berikan, yang ada hanya rasa kurang..dan kurang..sehingga jangankan ungkapan rasa syukur..kadang rasa tak puas malah menghadirkan ruang untuk berburuk sangka padaNya mengapa tiada cukup juga rasanya rezeki yang Ia limpahkan..astagfirullah..

Hari itu  aku telah diingatkan untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah kuterima. Untuk beberapa hal, aku mungkin telah menerima lebih banyak dari sebagian orang lain ..dan karena  itu aku sepatutnya berterima kasih pada Nya. Bukan sebatas ucapan, tapi lebih dari itu, aku bisa juga mewujudkannya dengan semangat berbagi dengan mereka yang memperoleh lebih sedikit dariku,...segelas air dalam kemasan di sore puasa?...mmm rasanya boleh juga..

repost : postingan ini pernah tayang di blog saya http://vivifajar.multiply.com/journal/item/3/Renungan-bedug-hari-ke-12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar